Pondok Pesantren Sidogiri dari Pasuruan, Jawa Timur
Pondok pesantren Sidogiri merupakan salah satu pesantren terpopuler di Indonesia. Lokasinya berada di Pasuruan, Jawa Timur. Pondok pesantren ini pertama kali didirikan oleh seseorang yang bernama Sayyid Sulaiman yang berasal dari daerah Cirebon, Jawa Barat bersama seorang Kyai Aminullah.
Berita mengenai sejarah pendirian pondok pesantren ini dikaitkan oleh beberapa versi tentang tahun pendiriannya. Ada yang berpendapat bahwa pondok pesantren ini didirikan pada tahun 1745. Dimana kedua pendiri tersebut mendirikan pondok pesantren untuk dijadikan sebagai patokan dalam merayakan hari jadi mereka.
Pondok pesantren ini juga merupakan pondok pesantren yang paling tua diantara pondok pesantren yang lainnya. Dan salah satu keunikannya adalah pondok pesantren ini sampai sekarang masih eksis dan terus berkembang. Apalagi pada zaman modern seperti sekarang ini, pondok pesantren ini selalu mempertahankan sistem pendidikan salaf murni dengan mengkaji ilmu agama.
Selain itu, pondok pesantren ini juga sangat terkenal karena telah berhasil mandiri secara finansial berkat berbagai macam bisnis yang telah dibangunoleh yayasan pesantren ini. Sebagai contoh usahanya yang berhasil seperti waralaba minimarket yang diberi nama Koperasi Sidogiri, lembaga keuangan yang diberi nama BMT (Baitul Mal wat Tamwil), dan masih banyak lagi usaha-usaha yang lainnya.
Pengurus pondok pesantren ini juga memiliki komitmen dalam mempertahankan sistem pendidikan Madrasah Diniyah (MD) sampai pada tingkat Ma’had atau universitas yang diberi nama Tarbiyatul Mu’alimin
Pondok Pesantren Modern Gontor di Ponorogo, Jawa Timur
Pondok pesantren modern Gontor berdiri pada tanggal 10 April 1926 di Ponorogo, Jawa Timur. Berdasarkan cerita, pondok pesantren ini didirikan oleh tiga orang kyai yang bersaudara atau lebih dikenal dengan istilah Trimurti. Mereka adalah KH Ahmad Sahal, KH Zainudin Fananie, dan KH Imam Zarkasy. Ketiga kyai tersebut merupakan putra dari Kyai Santoso Anom Besari. Pondok Pesantren Gontor ini juga sering dikenal karena termasuk pelopor serta innovator bagi pesantren-pesantren modern yang lainnya.
Pondok Pesantren Gontor ini, dulunya bernama Pondok Pesantren Darussalam Gontor. Akan tetapi, karena terinspirasi dari Sir Syed Ahmad Khan funder Aligarh Muslim University dari India, maka namanya diganti dengan nama Pondok Pesantren Modern Gontor karena telah dilakukan modernisasi pada pendidikan islam.
Penggunaan sistem pendidikan yang dipakai oleh Pondok Pesantren Modern Gontor ini selalu berjalan dengan baik dan sangat sukses. Apalagi karena hal tersebut, sekarang ini banyak pondok-pondok pesantren di Indonesia yang juga menerapkan sistem yang sama dengan yang dipakai oleh Pondok Pesantren Modern Gontor tersebut.
Pondok pesantren ini juga menerapkan tingkat kedisiplinan yang tinggi serta dilakukan pembiasaan untuk mengucapkan Bahasa Arab dan Bahasa Inggris dalam keseharian santrinya di pondok pesantren. Hal inilah yang menjadi ciri khas dari Pondok Pesantren Modern Gontor di Ponorogo, Jawa Timur.
Pondok Pesantren Lirboyo di Kediri
Pondok Pesantren Lirboyo diprakarsai oleh Kyai Sholeh yang berasal dari Desa Banjar Melati. Kemudian setelah itu, pendiriannya dilanjutkan oleh menantunya yang bernama KH. Abdul Karim yang berasal dari Kota Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Pondok pesantren ini berdiri pada tahun 1910 yang lokasi tepatnya berada di Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, Jawa Timur.
Berdasarkan sebuah cerita tentang sejarah pondok pesantren tersebut adalah bahwa pondok pesantren ini telah berkembang pesat menjadi pusat studi Islam sejak puluhan tahun yang lalu sebelum Negara Republic Indonesia mencapai kemerdekaannya. Pondok pesantren ini dulunya juga sering ikut berperan aktif dalam pergerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia dengan mengirimkan santri-santrinya pada medan perang. Contoh peristiwa-peristiwa kemerdekaan yang pernah diikutinya adalah peristiwa 10 November 1945.
Pondok Pesantren Lirboyo ini merupakan pusat pendidikan Islam yang memadukan antara tradisi budaya yang mampu mengisi modernisasi dan telah terbukti banyak melahirkan tokoh-tokoh yang saleh dalam bidang agama maupun ilmu social. Sistem pendidikan serta sistem pengajaran pada pondok pesantren ini sering dikenal dengan nama sistem klasikal dan sistem klasik.
Pondok Pesantren Tebuireng Di Jombang
Pondok Pesantren Tebuireng ini sering dikenal oleh masyarakat karena merupakan salah satu pondok pesantren terbesar di wilayah Kabupaten Jombang, Provinsi Jawa Timur. Pondok pesantren ini berdiri pada tahun 1899 yang diprakarsai oleh seorang ulama besar yaitu KH, Hasyim Asy’arie. Beliau telah dikenal sebagai sosok ulama yang kharismatik dan juga pendiri organisasi ulama yang terkenal yaiti NU (Nahdlatul Ulama).
Pondok pesantren ini selain mengajarkan tentang pelajaran syari’at Islam, Bahasa Arab dan Agama Islam juga memasukan atau mengajarkan pelajaran umum ke dalam struktur kurikulum pembelajarannya. Sampai sekarang ini, Pondok Pesantren Tebuireng telah banyak memberikan berbagai macam kontribusi kepada masyarakat Indonesia terutama dalam bidang dunia pendidikan.
Perlu anda tahu juga bahwa KH Abdurrahman Wahid atau yang lebih sering dikenal dengan nama Gusdur yang dulu pernah menjabat sebagai Presiden RI yang ke empat merupakan santri yang berasal dari pesantren ini. Beliau juga merupakan cucu dari Kyai Hasyim Asy’arie yang merupakan pendiri dari pesantren ini.
Sistem pendidikan yang digunakan pada pesantren ini menggunakan metode sorogan atau yang diartikan sebagai santri membaca sendiri materi pelajaran kitab kuning di depan atau hadapan gurunya.
Pondok Pesantren Al-Anwar Di Sarang
Pondok Pesantren Al-Anwar didirikan oleh KH. Maimun Zubair pada tahun 1967. Pondok pesantren ini lokasinya erada di desa Karangmangu, Sarang, Rembang, Jawa Tengah. Awal mulanya pondok pesantren ini hanyalah sebuah kelompok pengajian yang dilaksanakan atau dilakukan di Mushola saja serta dirintis oleh KH. Ahmad Syuaib serta KH. Zubair Dahlan. Namun pada perkembangannya oleh perintis tersebut didirikan tiga komplek bangunan yang terdiri dari komplek A, B, dan C.
Komplek A selanjutnya dikembangkan menjadi sebuah pondok pesantren dengan nama Pondok Pesantren AL-Anwar oleh KH. Maimun Zubair yang merupakan puttra dari KH. Zubair Dahlan. Sementara Komplek yang B dikembangkan oleh KH. Abdul Rochim Ahmad menjadi sebuah Pondok Pesantren dengan nama Ma’hadul Ulumus Syar’iyah.
Pendirian dari Pondok Pesantren Al-Anwar ini sebenarnya di latar belakangi oleh keinginan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar pondok pesantren yang umumnya mengandalkan penhasilan sebagai nelayan dengan hasil rendah dan keinginan untuk melanjutkan kegiatan pengajian.
Pondok Pesantren Al-Anwar menerapkan sistem pendidkan salafiyah. Pada sistem ini para santri diwajibkan untuk mengikuti pengajian Masyayeh atau ustadz, baik dengan penggunaan pendekatan bandongan (bersama-sama) ataupun sorangan atau individual.
Pondok Pesantren La Tansa di Banten
Pondok pesantren ini terletak di Parakansantri, Cipanas, Lebak, Banten yang didirikan oleh Drs. KH. Ahmad Rifa’I Arief yang juga bertindak sebagai pimpinan pondok pesantren Daar El-Qolam waktu itu.
Pondok pesantren ini areanya seluas ± 13 ha yang sekelilingya dialiri oleh sungai Ciberang dan gunung-gunung serta bukit yang berwarna hijau. Sehingga suasana di wilayah pondok pesantren ini bisa dikatakan terhindar dari berbagai macam polusi udara bahkan polusi budaya dan pergaulan. Karena merupakan tempat tafaqquh fiddien yang sangat nyaman dan sangat rekreatif.
Sistem pendidikan dan pengajarannya digunakan pada pondok pesantren La Tansa ini sangat variatif dan selalu memenuhi hajat umat dalam memberikan prospek yang baik untuk sarana pendidikannya, Pondok Pesantren La Tansa juga memiliki sasaran target bagi siswanya yang menuntut ilmu di pondok pesantren ini bukan hanya warga yang berasal dari wilayah Ponpes La tansa saja melainkan seluruh wilayah Indonesia yang ingin memperdalam ilmu umum sekaligus ingin memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam dengan baik.
Pondok pesantren ini juga lahir sebagai manifestasi kebutuhan bagi umat terhadap pola dan sistem pendidikan yang sesuai dengan kondisi saat ini, dimana hajat seseorang akan tercipta apabila generasi tidak hanya mengejar nilai-nilai duniawi tetapi juga tidak menghilangkan nilai-nilai ukhrawi yang telah tertanam dalam kehidupan sehari-hari.
Pondok Pesantren Langitan di Tuban
Selain Pondok Pesantren Sidogiri di Pasuruan, Pondok Pesantren Langitan di Tuban juga merupakan pondok pesantren atau lembaga islam yang tertua di Indonesia. Pondok Pesantren ini berdiri pada tahun 1852 dan terletak di Dusun Mandungan, Desa Widang, Kecamatan Widang, Tuban, Jawa Timur. Luas wilayah komplek pesantren ini mencapai kurang lebih 7 hektar. Pemimpin yang pertama kali memimpin pondok pesantren ini adalah Kyai Abdullah Faqih. Beliau dikenal sebagai seorang ulama yang kharismatik, bahkan sampai para pejabat tinggipun sangat segan dengan beliau.
Pondok pesantren ini merupakan sebuah lembaga pendidikan yang dahulunya adalah sebuah surau kecil tempat pendiri Pondok Pesantren Langitan ini yaitu KH. Muhammaf Nur. Dalam perjalanannya beliau mengajarkan ilmu yang dimilikinya serta mengembleng keluarga serta tetangga terdekat untuk meneruskan perjuangan beliau dalam mengusir penjajah dari tanah jawa.
Lokasi pondok pesantren ini berada di sebelah selatan Ibu Kota Kecamatan Widang atau sebelah selatan Ibu Kota Kabupaten Tuban yang juga merupakan perbatasan dengan desa Babat, Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan yang berjarak sekitar 1 kilometer. Karena lokasinya yang sangat strategis ini, Pondok Pesantren langitan menjadi sangat mudah bila dijangkau dengan sarana kendaraan umum, baik dengan sarana transportasi kereta api, bus, angkutan umum atau sarana yang lainnya. semantara itu, nama langitan sendiri merupakan nama yang berasal dari perubahan dari kata Panglitan, yang merupakan kombinasi dari kata plang dan wetan. Plang artinya papan nama (jawa) sedangkan wetan (jawa) artinya timur Pulau Jawa.
Pondok Pesantren Daar El-Qolam di Banten
Pondok pesantren ini didirikan oleh H. Qasad Mansyur dan Drs. KH. Ahmad Rifai Arief pada tanggan 20 Januari 1968. Lokasi pondok pesantren ini berada di desa Pasir Gintung, Kecamatan Jayanti, Kabupaten Tangerang Banten. Drs. KH. Ahmad Rifai Arief yang merupakan pendiri sekaligus figure bagi pesantren ini pada tanggal 15 Juni 1997 meninggal dunia. Kemudian pondok pesantren ini oleh beliau diamanatkan kepada KH. Adrian Mafatihullah Karim, KH. Drs, Ahmad Syahiduddin dan Hj. Enah Huwaenah.
Pondok Pesantren Daar El-Qolam sediri juga merupakan pesantren modern yang merujuk pada sistem pembelajaran yang berbasis kitab-kitab klasik yang lebih dari suatu tempat pendidikan yang memberikan pendidikan agama maupun pendidikan umum dengan penggunaan metode pembelajaran pendidikan yang sangat modern.
Dalam sejarahnya, Pondok Pesantren Daar El-Qolam memiliki murid sebanyak 22 murid yang datang dari kalangan keluarga, sahabat karib serta masyarakat yang tinggal di sekitar pondok pesantren. Proses pendidikan dan pengajaranna pun juga tidak lepas dari pendidikan agama dan pendidikan umum atau duniawi. Kini dalam perjalanannya yang sudah menginjak 48 tahun, pondok pesantren ini telah menjadi sebuah lembaga pendidikan dengan format pesantren besar serta pendidikan yang modern yang melibatkan lebih dari 370 guru dan 5000 santri.
Pondok Pesantren AL Ihya Ulumuddin di Cilacap
Pondok Pesantren Al Ihya Ulumuddin didirikan pertama kali oleh KH. Badawi Hanafi pada tanggal 24 November 1925 di wilayah Desa Kesugihan, Kecamatan Kesugihan, Kabupaten Cilacap. Pondok Pesantren ini juga sering disebut sebagai Pondok Pesantren Kesugihan. Setelah KH. Badawi Hanafi wafat, pondok pesantren ini diamanatkan kepada putranya yang bernama KH. Chasbulloh Badawi dan KH. Ahmad Mustholih.
Ketika pendirian pondok pesantren ini, desa Kedugihan saat itu masih terisolir dan masyarakat di sekitar pondok masih terdapat tempat yang digunakan sebagai tempat perjudian, adu ayam, bakar kemenyan di area pemakaman warga (petilasan), dan lain-lain. Sejarah kemunculan pondok pesantren ini dulunya dilandasi oleh semangat keagamaan dalam berdakwah yang bertujuan untuk ikut serta dalam mencerdaskan kehidupan bangsa ketika zaman penjajahan Belanda ketika itu. Ketika itu, KH. Badawi Hanafi memanfaatkan sebuah mushola peninggalan dari KH. Fadil dalam mengawali perintisan pondok pesantren ini. Mushola atau langgar tersebut dikenal dengan nama “Langgar Dhuwur”.
Pada mulanya ketika tahun 1961, pondok pesantren ini lebih dikenal dengan nama Pesantren Kesugihan. Namun pada tahun 1983 berubah namanya menjadi Pondok Pesantren Al-Ihya Ulumaddin. Perubahan nama tersebut dilakukan oleh putra dari KH. Badawi Hanafi yang bernama KH. Mustolih Badawi. Tujuan perubahan nama tersebut adalah untuk mengenang almarhum ayahnya yang sangat mengagumi karya Imam Al Ghozali dalam Kitabnya yaitu Ihya Ulumaddin tentang pembaharuan Islam.
Pondok Pesantren Al fatah di Temboro
Pondok pesantren ini lokasinya berada di Desa temboro, Kecamatan Karas, kabupaten Magetang, Jawa Timur. Pondok Pesantren Al Fatah ini juga merupakan salah satu pondok pesantren yang saat ini sedang tumbuh dengan pesatnya. Bangunan-bangunan dari pesantren Al Fatah ini bisa dibilang permanen tapi masih sangat sederhana apalagi rumah-rumah bagi para ustadznya.
Yang menjadi kelebihan dari pondok pesantren ini adalah kebersihan lingkungan, kebersihan kamar mandi, serta ketersediaan air bersih yang sangat melimpah. Jadi sangat jarang terjadi adanya tradisi dari para santri seperti korengan, gatal-gatal, kudisan, atau berbagai macam jenis tradisi penyakit yang sering menyerang para santri.
Saat ini, santri yang dimiliki oleh Pesantren al Fatah ini mencapai 12.000 siswa yang terdiri dari santri putra dan santri putri. Apalagi kalau ditambah dengan keluarga para ustadznya mencapai sekitar 18.000 jiwa.
Kawasan sekitar pondok pesantren merupakan area perbukitan yang tandus khas Magetan ketika musim kemarau datang. Apalagi bila aliran sungai dan sawahnya hanya mengandalkan air tadah hujan saja. Karena tidak ada sumber mata air alami di area dekat pesantren.
Pondok Pesantren Al Khoirot di Malang
Pondok Pesantren Al Khoirot didirikan oleh KH. Syuhud Zayyadi pada tahun 1963. Bila dilihat dari segi pembangunannya, pondok pesantren ini terbilang masih sangat muda usianya. Pesantren ini lokasinya berada di Desa Karangsuko, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang, Propinsi Jawa Timur.
Pondok Pesantren Al Khoirot ini memberlakukan sistem pendidikan dengan metode salaf murni. Metode salaf murni artiyna bahwa pengajian menggunakan kitab kuning klasik dengan metode sorogan, bandongan, serta wetonan. Sistem pendidikannya saat ini juga tengah berkembang pesat dan sudah diperkenalkannya pendidikan formal yaitu Madrasah Diniyah, Madrasah Tsanawiyah (MTs), serta Madrasah Aliyah (MA). Pendidikan formal tersebut kini statusnya telah diakui oleh pemerintah dan alumni atau lulusannta bisa melanjutkan ke studi sekolah yang lebih tinggi baik sekolah negeri maupun sekolah swasta dalam negeri dan luar negeri.
Pendirian pendidikan formal di Pesantren Al Khoirot telah disambut baik oleh masyarakat sekitarya serta kawasan lain di Indonesia. Keunikan yang dimiliki oleh pendidikan formal tersebut khususnya untuk jenjang MTs dan MA adalah para siswanya telah diwajibkan untuk belajar di pondok pesantren dan tidak boleh belajar di luar pesantren.
Pondok Pesantren AL Mukmin di Sukoharjo
Pondok Pesantren Al Mukmin ini didirikan oleh enam orang yang sering dikenal dengan sebutan “enam serangkai”. Enam serangkai tersebut diantaranya adalah Abdullah Sungkar, Yoyok Rosywadi, Abu Bakar Ba’asyir, Abdul Qohar H. Daeng Matase, Abdullah Baradja, dan Hasan Basri. Oleh enam serangkai tersebut, pondok pesantren ini didirikan pada tahun 1974 di Desa Cemani, Grogol, Sukoharjo.
Sebelumnya sekitar satu tahun sebelum pondok pesantren ini didirikan, pesantren tersebut hanya merupakan sebuah kelompok pengajian kekeluargaan atau lebih dikenal dengan sebutan Usrah. Kegiatan dakwah yang pertama kali dilakukan adalah melalui sebuah siaran radio non komersial. Sejak awal berdirinya pondok pesantren ini memang menjadi masalah bagi rezim orde baru karena pesantren tersebut telah menentang berbagai usaha orde baru yang menentang perluasan ideology islamisme dengan melancarkan program “Asas Tunggal Pancasila”. Dalam gerakan tersebut banyak para simpatisan yang terlibat aslah satunya adalah simpatisan gerakan Darul Islam pada tahun 1950 an.
Memang sebelumnya, pesantren ini yang semula hanya sebuah pengajian selepas luhur di Masjid Agung Surakarta. Kemudian oleh para da’I dan mubaligh dikembangkan dengan didirikannya sebuah Madrasah Diniyah di Jalan Gading Kidul, Solo.
Pondok Pesantren Butet di Cirebon
Pondok Pesantren Butet ini juga merupakan salah satu pondok pesantren tertua yang ada di Indonesia. Pondok pesantren ini berdiri pada tahun 1785 dan merupakan pesantren terkenal serta menjadi pelopor pesantren lain di Provinsi Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten. Pondok pesantren ini didirikan pertama kali oleh seorang Mufti Besar Kesultaan Cirebon yang bernama Kyai Haji Muqoyyim atau lebih dikenal dengan sebutan Mbah Muqoyyim.
Ketika pertama kalinya Mbah Muqoyyim mendirikan pondok pesantren ini di Desa Bulak, yang letaknya kurang lebih sekitar 0,5 km dari perkampungan warga pesantren yang sekarang. Sebagai bukti bahwa di desa bulak tersebut merupakan pesantren adalah terdapatnya peninggalan Mbah Muqoyyim yang berupa pemakaman santri yang sampai saat ini masih ada.
Mbah Muqoyyim sebagai seorang pendiri pesantren ini memiliki sifat yang sangat baik, diantaranya adalah beliau tidak mau menjalin kekeluargaan dengan Belanda. Beliau juga tidak mau ikut mencampuri urusan internal atau masalah keraton, selain itu beliau lebih memilih untuk tinggal di luar keratin dan mendirikan pesantren. Kemudian beliau menjalani kehidupannya sebagai seorang kyai dan mendirikan masjid lalu sambil memulai mengajarkan agama.
Pondok Pesantren Al Khairat di Palu
Pondok Pesantren Al Khairat didirikan pertama kalinya oleh Habib Idrus Bin Salim Al Jufri pada tahun 1963. Pesantren Al Khairat ini merupakan pesantren atau lembaga pendidikan yang sangat populer di wilayah Sulawesi terutama dalam pengajaran agama Islamnya. Pesantren Al Khairat memiliki berbagai yayasan mulai dari jenjang TK, SD dan MI, SMP dan MTs, SMA dan MA, hingga ke jenjang Universitas. Lembaga-lembaga pendidikan tersebut saat ini berpusat di Palu, Sulawesi dan telah menyebar ke daerah-daerah di sekitarnya. Sehingga hal tersebut menjadikan pesantren ini sebagai pintu gerbang dakwah Islam di Kawasan Timur Nusantara.
Pada pesantren ini juga diajarkan pelajaran kesenian di dalam kurikulumnya. Seperti pelajaran nasyid, jepeng atau samrah dijadikan sebagai penyeimbang pelajaran agama dan umum oleh pengurus Pondok Pesantren Al Khairat. Jadi, tidaklah mengherankan apabila banyak alumni dari Pesantren Al Khairot, Palu ini yang telah menduduki berbagai macam posisi penting dalam pemerintahan dan telah banyak yang menjadi dai’i handal di wilayah Indonesia Timur. Selain bidang kesenian, pesantren ini juga mengajarkan pelajaran olahraga yang membuat pondok pesantren ini menjadi lebih setara dengan lembaga pendidikan yang lainnya.
Pondok Pesantren Musthafawiyah di Sumatera Utara
Pondok pesantren ini didirikan oleh Syeikh Musthafa Bin Husein Bin Umar Nasution Al Mandaily pada tanggal 12 November 1912. Pondok Pesantren Musthafawiyah lokasinya berada di Desa Tanobato, Kabupaten Madailing Natal. Pondok pesantren ini juga sering dikenal dengan nama Pondok Pesantren Purba Baru. Karena ketika daerah Tanobato dilanda sebuah banjir yang sangat besar pada tahun 1915, Pondok Pesantren Musthafawiyah dipindahkan ke Desa Purba Baru oleh pendirinya hingga saat ini.
Pondok Pesantren Musthafawiyah memiliki sarana dan prasaran pendidikan formalnya yang lengkap yaitu mulai dari jenjang TK sampai jenjang perguruan tinggi dengan berbagai macam jurusan terbaik di bidang sains dan teknologi. Di pesantren ini pula terdapat ma’had aly serta tahfidz Al-Quran.
Sejarah mengenai sang pendiri pesantren ini adalah beliau belajar ilmu agama selama kurang lebih 13 tahun di Makkah. Beliau meninggal dunia pada bulan November 1955. Untuk selanjutnya pondok pesantren ini berpindah pengasuh kepada anak lelaki yang paling tua yaitu H. Abdullah Musthafa. Kemudian oleh penerus pesantren yang baru, dibangun ruang belajar semi permanen pada tahun 1960 dan bangunan tersebut terus berkembang hingga saat ini.
Pondok Pesantren Nurul Jadid di Probolinggo
Pondok pesantren ini pertama kalinya didirikan oleh KH. Zaini Munim pada tahun 1950. Lokasi pondok pesantren ini berada di Desa Karanganyar, Kecamatan paiton, Kabupaten Probolinggo, Provinsi jawa Timur.
Sejarah berdirinya pondok pesantren ini diawali dengan kedatangan KH. Zaini Munim ke Desa Karanganyar. Padahal kedatangan beliau ke desa tersebut tujuannya tidak mendirikan sebuah pesantren, melainkan mengisolir diri dari kekejaman colonial Belanda. Namun, setelah beliau mendapatkan isyarat dari KH. Hasan Sepuh Genggong, beliau kemudian membuka mata dan akhirnya mendirikan sebuah pondok pesantren di wilayah tersebut. Isyarat dari KH. Hasan Sepuh tersebut awalnya hanya menyuruh KH. Zaini Munim untuk mengambil contoh tanah di Desa Karanganyar. Namun secara tiba-tiba beliau menemukan sarang lebah. Hal tersebut membuat orang-orang di Desa Karanganyar mengisyaratkan kepada beliau untuk menetap dan mendirikan ponpes di sana karena menurut prediksinya akan banyak santri yang berdatangan.
Berdasarkan prediksi dari KH. Hasan Genggong juga bahwa nantinya pondok pesantren tersebut akan menjadi sebuah pondok pesantren yang besar dan kelak santrinya akan melebihi santri KH. Hasan Genggong.
Pondok Pesantren Darunnajah di Jakarta
Pondok pesantren ini telah dirintis sejak tahun 1942 dan sebelumnya merupakan lembaga pendidikan Islam swasta. Namun setelah itu didirikan menjadi sebuah pesantren pada tanggal 1 April 1974 oleh KH. Abdul Manaf Mukhayyar bersama dua orang sahabat atau rekannya yaitu KH. Qomaruzzaman dan KH. Mahrus Amin.
Pondok Pesantren darunnajah ini lokasinya berada di Jalan Ulujami Raya Nomor 86, Kelurahan Ulujami, Kecamatan Pesanggrahan, Kota Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta. Sistem pendidikannya menerapkan sistem kurikulum terpadu, pendidikan berasrama dan pengajaran Bahasa Arab serta Bahasa Inggris secara lebih intensif. Pondok pesantren ini juga di dukung oleh lingkungan pondok pesantren yang asri dan indah. Pondok pesantren Darunjannah ini juga berupaya agar bisa mencetak manusia yang muttafaqoh fiddin untuk menjadi kader pemimpin umat atau bangsa, serta menguayakan agar pendidikan santri yang memiliki jiwa keikhlasan, kemandirian, kesederhanaan, kebebasan berfikir, berperilaku atas dasar Al Quran serta sunnah rasul dan ukhuwah islamiyah dapat tercapai. Selain itu, para santri – santrinya setelah lulus diharapkan dapat meningkatkan taqwa serta beriman kepada Alloh SWT.
Pondok Pesantren Rasyidiah Khalidiah Di Kalimantan Selatan
Pondok pesantren ini biasanya disingkat dengan sebutan RAKHA dan didirikan oleh Tuan Guru KH. Abdurrasyid pada tanggal 13 Oktober 1922. Tuan Guru KH. Abdurrasyid sendiri merupakan alumnus tahun 1912-1922 dari universitas terkenal di Kairo yaitu Al Azhar Cairo.
Dulunya, pondok pesantren ini bernama Arabische School dan diawali oleh sebuah rumah sederhana yang berada di Desa pakapuran Amuntai, Kalimantan Selatan. Pondok Pesantren Rasyidiah Khalidiah ini sudah sangat terkenal di wilayah Kalimantan.
Sistem pendidikan dan pengajaran yang diberikan oleh pondok pesantren ini adalah dengan pengupayaan meningkatkan serta menyempurnakan pendidikan di pesantren secara maksimal. Upaya-upaya tersebut telah tercatat dala sejarah perjalanan pondok pesantren ini yang dimulai ketika pendiriannya yang pertama kali yaitu tanun 1941. Sebelumnya sistem pengajaran pada pondok pesantren ini menggunakan sistem pengajian halqah yang dilakukan oleh Tuan Guru H. Abdurrasyid pada tahun 1937.
Kemudian pada tahun 1942 sampai dengan 1978, pondok pesantren Arabische School berkembang menjadi Pondok Pesantren Normal Islam dan selanjutnya menjadi Rasyidiah Khalidiah. Ketika periode tersebut, sistem kepemimpinan diserahkan kepada penerusnya dengan menerapkan materi pelajaran umum dan eksakta serta pembagian tingkatan atau jenjang pendidikan dari MI, MTs, dan MA.
Pondok Pesantren darul Ulum di Banyuanyar, Madura
Pondok Pesantren ini didirikan oleh KH, Itsat Bin Ishaq pada tahun 1987 di Banyuanyar, Madura. Pondok pesantren ini juga merupakan salah satu pesantren yang paling tua di Indonesia. Awalnya pesantren ini didirikan di atas sebidang tanah yang sempit dan gersang. Kemudian oleh masyarakat disebut sebagai “Banyuanyar”. Nama Banyuanyar diambil dari Bahasa jawa yang artinya air baru. Dan penamaan tersebut didasarkan pada penemuan sumber mata air yang cukup melimpah oleh KH. Itsbat yang sampai saat ini tidak pernah surut. Namun, setelah KH. Itsbat wafat, pondok pesantren tersebut diamanahkan agar lokasi pesantren tersebut dikembangkan menjadi sebuah pondok yang representative dan mampu menghadapi segala tantangan zaman.
Sementara nama “Darul Ulum” merupakan sebuah nama yang diambil dan digunakan oleh pengurus pesantren secara formal sejak tahun 1980an. Ketika itu Darul Ulum merupakan sebuah lembaga pendidikan islam baik yang bergerak dibidang pendidikan, baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Nama Darul Ulum sendiri juga dijadikan nama bagi institusi-institusi yang telah banyak dikembangkan oleh pondok pesantren tersebut.
SMPIT dan SMAIT Ihsanul Fikri Boarding School di Magelang
Ihsanul Fikri didirikan atas prakarsa Drs. H. Yusuf Asy’ari, M.Si di Magelang, lebih tepatnya berada pada Dsn Pabelan Kecamatan Mungkid. Jika di bandingkan dengan pondok pesantren yang lain maka bisa di katakan pesantren ini memiliki umur yang sangat muda, karena memang baru didirikan pada tahun 2002.
Dengan system boarding school. Sekolah ini mengharuskan seluruh siswa siswinya untuk tinggal di asrama selama masa belajarnya. Seperti pondok pesantren pada umumnya, ilmu keagamaan juga sangat di prioritaskan disini, tanpa mengesampingkan ilmu dunia.
Salah satu Visi Ihsanul Fikri adalah menghasilkan generasi muslim yang bermoral dan juga memiliki wawasan global.
Walaupun sekolahan ini baru berdiri, tetapi prestasi yang diraih pun sudah bisa dibilang sangat bagus, berbagai kejuaraan juga sudah dimenangkan, baik itu tingkat kabupaten maupun tingkat provinsi.
0 komentar:
Posting Komentar